BAB
I
PENDAHULUAN
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara
umum adalah semua yang teknologi
berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan
penyajian informasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 6). Tercakup
dalam definisi tersebut adalah semua perangkat keras, perangkat lunak,
kandungan isi, dan infrastruktur komputer maupun (tele)komunikasi. Istilah TIK
atau ICT (Information and Communication
Technology), atau yang di kalangan negara Asia
berbahasa Inggris disebut sebagai Infocom,
muncul setelah berpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras maupun
perangkat lunaknya) dan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran
informasi pada paruh kedua abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut
berkembang sangat pesat, jauh melampaui bidang-bidang teknologi lainnya. Bahkan
sampai awal abad ke-21 ini, dipercaya bahwa bidang TIK masih akan terus pesat
berkembang dan belum terlihat titik jenuhnya sampai beberapa dekade mendatang.
Pada tingkat global, perkembangan TIK telah mempengaruhi seluruh bidang
kehidupan umat manusia. Intrusi TIK ke dalam bidang-bidang teknologi lain telah
sedemikian jauh sehingga tidak ada satupun peralatan hasil inovasi teknologi
yang tidak memanfaatkan perangkat TIK.
Membicarakan pengaruh TIK pada berbagai
bidang lain tentu memerlukan waktu diskusi yang sangat panjang. Dalam makalah
ini, kaitan TIK dengan proses pembelajaran disoroti lebih dibanding dengan
kaitannya dengan bidang lain. Tanpa mengecilkan pengaruh TIK di bidang lain,
bidang pembelajaran mendapatkan manfaat lebih dalam kaitannya dengan kemampuan
TIK mengolah dan menyebarkan informasi.
BAB
II
ISI
Perkembangan
TIK
Bila dilacak ke belakang,
terdapat beberapa tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata memberi
sumbangan terhadap eksistensi TIK saat ini. Pertama adalah temuan telepon oleh
Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian ditindaklanjuti
dengan penggelaran jaringan komunikasi dengan kabel yang melilit seluruh
daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi
trans-atlantik. Inilah infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk
komunikasi global. Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920,
terealisasi transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama
(Lallana, 2003:5). Komunikasi suara tanpa kabel segera berkembang pesat, dan
kemudian bahkan diikuti pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel, yang
berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an. Komputer elektronik pertama
beroperasi pada tahun 1943, yang kemudian diikuti oleh tahapan miniaturisai
komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947, dan rangkaian
terpadu (integrated electronics) pada
tahun 1957. Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakan soko guru TIK
saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era perang dingin. Persaingan IPTEK
antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (eks Uni Sovyet) justru
memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya miniaturisasi rangkaian
elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun mesin-mesin perang.
Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian terpadu, pada
puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi ‘otak’
perangkat keras komputer, dan terus berevolusi sampai saat ini.
Di lain pihak, perangkat
telekomunikasi berkembang pesat saat mulai diimplementasi-kannya teknologi
digital menggantikan teknologi analog yang mulai menampakkan batas-batas
maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian
berkonvergensi dengan perangkat komputer yang dari awal merupakan perangkat
yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat
ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi
dan komputasi inilah kandungan isi (content) berupa multimedia, mendapatkan
tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi
telekomunikasi-komputasi-multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke-21,
sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri
menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti ‘otot’ manusia maka revolusi digital
(karena konvergensi telekomunikasi-komputasi-multimedia terjadi melalui
implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau
setidaknya meningkatkan kemampuan) ‘otak’ manusia.
Kebijakan Nasional bidang TIK
Menyadari pentingnya TIK
sebagai bidang yang berperan besar dalam pembangunan nasional, Kementerian
Negara Riset dan Teknologi memberikan arahan sektor-sektor yang diprioritaskan
untuk dikembangkan melalui kegiatan riset, antara lain: infrastruktur
informasi, perangkat lunak, kandungan informasi (information content), pengembangan SDM dan kelembagaan,
pengembangan regulasi dan standarisasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi,
2006: 5).
Infrastruktur Informasi
Infrastruktur informasi
terdiri atas beberapa aspek yang seluruhnya harus dibangun secara paralel dan
saling menunjang. Aspek pertama adalah jaringan fisikyang berfungsi sebagai
jalan raya informasi baik pada tingkat jaringan tulang-punggung maupun tingkat
akses pelanggan. Jaringan tulang punggung harus mampu menghubungkan seluruh
daerah Indonesia
sampai wilayah pemerintahan terkecil. Pada tingkat akses pelanggan harus memungkinkan
tersedianya akses yang murah dan memadai bagi masyarakat luas.
Aspek kedua menekankan pada
kemanfaatan sebesar-besarnya pengelolaan sumber informasi bagi seluruh komponen
masyarakat. Kondisi ini dapat dicapai melalui diwujudkannya interoperabilitas
sumber daya informasi yang tersebar luas sehingga dapat dimanfaatkan secara
efisien dan efektif oleh seluruh pemangku kepentingan.
Aspek terakhir adalah
pengembangan perangkat keras, baik di sisi jaringan maupun di sisi terminal.
Pengembangan ini harus dirancang berdasarkan kebutuhan dan kondisi jaringan
yang ada di Indonesia ,
dengan mengadopsi sistem terbuka dan menanamkan tingkat kecerdasan tertentu
untuk memudahkan integrasi sistem dan pengembangannya di masa depan.
Perangkat
Lunak
Pengembangan perangkat lunak
diarahkan pada realisasi sistem aplikasi yang mampu menunjang proses transaksi
ekonomi yang cepat dan aman, serta pengambilan keputusan yang benar dan cepat.
Harga yang terjangkau dan daya saing pada tingkat internasional merupakan salah
satu kriteria yang dipersyaratkan, khususnya mendukung kebijakan substitusi
impor.
Perangkat lunak sistem
operasi dengan kehandalan tinggi dan kebutuhan sumber daya memori maupun
prosesor yang minimal serta fleksibel terhadap perangkat keras maupun program
aplikasi yang baru, merupakan prioritas yang harus dikembangkan. Program
aplikasi juga perlu dikembangkan, terutama yang terkait dengan sektor
perekonomian, industri, pendidikan, maupun pemerintahan.
Dalam mempercepat
pengembangan dan pendayagunaan perangkat lunak, perlu pula ditinjau
implementasi konsep open source. Penerapan konsep open source ini diharapkan
mampu menggalakkan industri perangkat lunak dengan partisipasi seluruh lapisan
masyarakat tanpa melakukan pelanggaran hak cipta.
Kandungan
Informasi
Kegiatan pengembangan
kandungan informasi (information content) bertujuan melakukan penataan, penyimpanan, dan
pengolahan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi proses
pembangunan, pengorganisasian,
pencarian, dan pendistribusian informasi.
Kegiatan riset dan pengembangan kandungan
informasi diawali dengan pemetaan berbagai potensi dan informasi nasional
beserta pemodelan proses information
retrieval. Dengan demikian
implementasi information repository dan
information sharing merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Pemanfaatan maksimal kandungan informasi yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia dengan
potensi lokal, akumulasi kekayaan seni dan budaya Indonesia yang beraneka ragam dapat pula dieksploitasi
sebesar-besarnya untuk menghasilkan produk-produk seni budaya yang
berbasis multimedia.
Pengembangan
SDM
Dalam pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) diperlukan upaya peningkatan kemandirian dan keunggulan,
yang salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan
untuk membentuk keahlian dan keterampilan masyarakat dan peneliti dalam bidang
teknologi yang strategis serta mengantisipasi timbulnya kesenjangan keahlian
sebagai akibat kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi dan
komunikasi.
Pengembangan
Regulasi dan Standarisasi
Program kajian regulasi
meliputi penyusunan Undang-Undang dan penyempurnaan berbagai kebijakan terkait
bidang teknologi informasi, komunikasi dan broadcasting. Salah satunya adalah
penyempurnaan Cetak Biru Telekomunikasi dan UU Telekomunikasi No. 36/1999 yang
sudah mulai ketinggalan dengan perkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat.
Penyelesaian Rancangan UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan
berbagai UU lain yang dapat mendorong
pertumbuhan aplikasi IT sangatlah diharapkan realisasinya pada tahun
2005-2025. Termasuk dalam kerangka regulasi ini adalah mempercepat
terlaksananya proses kompetisi yang sebenar-benarnya dalam penyediaan jasa
telekomunikasi sehingga dapat memberikan perbaikan kondisi layanan, kemudahan
bagi pengguna jasa, serta harga yang ekonomis.
TIK dalam Pembelajaran
Pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran di Indonesia
telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran
radio pendidikan dan televisi pendidikan sebagai upaya melakukan penyebaran
informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara,
merupakan wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi
dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio
maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya interaksi imbal-balik yang
seketika. Siaran bersifat searah, dari nara
sumber belajar atau fasilitator kepada pembelajar.
Introduksi komputer dengan
kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar,
suara, dan movie) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak
dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan
informasi searah (terlebih-lebih bila materi tayangannya adalah materi hasil
rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang
berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed).
Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron
dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada
di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang
dijalankan berdasar teknologi Internet, memungkinkan pembelajar berada di mana
saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Selain aplikasi puncak seperti
itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat
dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.
Buku
Elektronik
Buku elektronik atau ebook
adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan
informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Ke dalam ebook
dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie
sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku
konvensional.
Jenis ebook paling sederhana
adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik
yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat
disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD
atau digital versatile disk (kapasitas
4,7 sampai 8,5 GB), ataupun flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai
4 GB). Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat ada
pada misalnya Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britannica yang merupakan
ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan ebook
menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan
unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik, misalnya, dapat
disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat
dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.
E-learning
Beragam definisi dapat
ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning
meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal yang
menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran
bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi (Tinio, tt: 4). Untuk pembelajaran
yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet, sering
disebut sebagai online learning.
Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni
e-learning adalah pembelajaran melalui
jasa elektronik (SEAMOLEC, 2003:1). Meski beragam definisi namun pada dasarnya
disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi
elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi
tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu
bentuk e-learning. Meskipun per definisi
radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada
umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah
bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based
learning dalam bentuk paling sederhana adalah web-site yang dimanfaatkan untuk
menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar
mengakses sumber belajar yang disediakan oleh nara sumber atau fasilitator kapanpun
dikehendaki. Bila diperlukan, dapat pula disediakan mailing-list khusus untuk
situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi.
Fasilitas e-learning yang
lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak
pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir
berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama
tersedia akses ke internet (Hari Wibawanto, 2006). Fasilitas yang disediakan
meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran,
pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran
serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan
fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar
dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat
(administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’
pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh email, kanal chatting, atau melalui
video conference.
Aplikasi
Lain
Selain e-book dan fasilitas
e-learning, berbagai aplikasi lain bermunculan (dan kadang saling berintegrasi
sehingga menimbulkan sinergi) sebagai dampak ikutan perkembangan TIK terutama
internet.
E-zine dari kata e-magazine, merupakan
bentuk digital dari majalah konvensional. Penerbitan majalah berformat digital
memungkinkan ditekannya ongkos produksi (karena tidak perlu mencetak) dan
distribusi (karena sekali diupload ke server, seluruh dunia bisa mengaksesnya).
Pemutakhiran isinya juga dapat dilakukan dengan sangat cepat sehingga
perkembangan mutakhir dapat disajikan dengan lebih cepat. Termasuk dalam
kategori e-zine ini adalah e-newspaper yang berfokus pada berita terkini dan
e-journal yang memfokuskan diri pada laporan hasil-hasil penelitian.
E-laboratory, merupakan
bentuk digital dari fasilitas dan proses-proses laboratorium yang dapat
disimulasikan secara digital. Pada dasarnya, perangkat lunak ini adalah
perangkat lunak animasi dan simulasi yang dapat dikemas dalam keping CD, DVD
maupun disajikan pada web-site sebagai web-based application (perangkat lunak
yang berjalan pada jaringan internet).
Blog atau weblog adalah
perkembangan mutakhir di bidang web-based application. Ide semula adalah
menyediakan fasilitas electronic diary atau buku harian elektronik untuk
remaja. Pengguna dapat mengisi buku harian tersebut semudah menulis email,
mengunggah (upload) ke server hanya dengan meng-klik ikon, dan hasilnya adalah
tayangan tulisan di layar browser. Pemakai internet di manapun berada dapat
melihat publikasi tersebut dengan mengakses alamat situs, misalnya: http://unwidha-koe.blogspot.com. Dari sisi kandungan isi, blok sekarang
banyak berisi gagasan, ide, dan opini pribadi tentang satu masalah yang menarik
secara subyektif. Meskipun akurasi informasi yang tersaji masih bisa diperdebatkan,
tetapi yang penting adalah blog memungkinkan seseorang tanpa pengetahuan desain
web-site dapat dengan mudah membuat web-site pribadi dan mengelola maupun
memutakhirkan isinya dengan sangat mudah. Kemudahan lain adalah tersedianya
banyak server blog gratis. Dalam konteks pemanfaatannya bagi proses
pembelajaran, kandungan isi blog pembelajar, misalnya, dapat menjadi umpan
balik bagi fasilitator.
BAB
III
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat merupakan
salah satu peluang yang sangat besar bagi instansi, industri maupun individu untuk melakukan
pemercepatan dalam setiap aktivitas kerjanya dan juga menciptakan lapangan
pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, sehingga dapat mengurangi
pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA
Hari Wibawanto. 2006. Learning
Management System. Handout. Disajikan pada Training
on ICT in Instruction for Quality Improvement of Graduate Study di
Universitas Udayana, Denpasar.
Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
2006. Buku Putih. Penelitian Pengembangan dan
Penerapan IPTEK Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Tahun 2005-2025.
Jakarta :
Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
Lallana, Emmanuel C. 2003. The Information Age. Manila : e-Asean Task Force UNDP APDIP.
SEAMOLEC. 2003. e-Learning di Indonesia dan
Prospeknya di Masa Mendatang. Makalah.
Disajikan pada Seminar Nasional E-Learning perlu E-Library di Universitas
Kristen Petra Surabaya pada 3 Februari 2003.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !